Keutamaan Seseorang ketika
Menuntut Ilmu
Ilmu memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Sebagai muslim, kita harus terus menuntut ilmu tanpa
mengenal lelah karena banyak keutamaan yang akan kita raih di dalamnya. Ilmu
juga bisa menjadi pahala yang tak terputus bila bermanfaat bagi orang lain.
Berikut adalah bagaimana Al-Qur’an dan Al-Hadis memandang ilmu ;
Al-Qur’anul Karim Surah Al-Alaq ayat 1-5
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (1)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2)
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia (3)
Yang mengajar (manusia) dengan pena (4)
Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”
Surah Al-‘Alaq ayat 1-5 ini
merupakan firman Allah SWT yang diturunkan pertama kali. Perintah yang
terkandung di dalamnya adalah iqra’ (membaca). Maka, yang dapat kita simpulkan
dari ayat ini adalah kita harus sering membaca dan mencari samudera ilmu
pengetahuan di alam.
Al-Qur’anul Karim Surah Al-Mujadilah ayat 11
“Wahai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
Ayat
ini menjelaskan tentang keutamaan orang beriman dan berilmu, dengan diangkat
oleh Allah SWT beberapa derajat. Sudah tentu, orang yang beriman dan memiliki
ilmu pengetahuan akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk
mengelola dan mengendalikan apa saja yang ada dalam kehidupan ini. Ini artinya
tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi daripada orang yang tidak
berilmu.
Hadits Riwayat Ibnu Majah / 220
“Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim"
( H.R. Ibnu Majah/220 )
Hadis
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah ini menjelaskan bahwa kewajiban
seorang muslim selama dia hidup di dunia adalah menuntut ilmu. Hal ini juga
menegaskan bahwa apabila seorang muslim selama hidupnya tidak menuntut ilmu,
maka ia akan berdosa.
Hadits Riwayat Baihaqi
“Tuntutlah ilmu walau sampai Cina” ( H.R. Baihaqi )
Perintah
mencari ilmu pada hadis ini adalah kita harus tetap menuntut ilmu walaupun ilmu
yang akan kita cari berada di negeri yang jauh ( negeri lain ).
Hadits Riwayat Dailami
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat” ( H.R.
Dailami )
Hadis ini mengisyaratkan kepada kita bahwa kita harus
terus menuntut ilmu, mulai dari kecil hingga kita meninggal dunia.
Hadits Riwayat Ahmad
“Barangsiapa menginginkan dunia maka capailah dengan
ilmu, Barangsiapa menginginkan akhirat maka capailah dengan ilmu dan
Barangsiapa menginginkan keduanya maka capailah dengan ilmu” ( H.R. Ahmad )
Dari
hadis ini, dapat kita simpulkan bahwa dengan menuntut ilmu kita dapat meraih
kebahagiaan dunia, kebahagiaan akhirat ataupun keduanya.
Hadits Riwayat Thabrani
“Orang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu,
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga” ( H.R. Thabrani )
Dalam hadis ini dijelaskan, keutamaan orang yang
menuntut ilmu tidak lain baginya adalah Allah mudahkan jalannya menuju surga.
Hadits Riwayat Abu Na’im
“Tuntutlah ilmu dan belajarlah bersikap tenang dan
sabar serta hormatilah gurumu”
( H.R. Abu Na’im )
Hadis
ini menegaskan pada kita, bahwa selama mencari ilmu kita harus sabar dan
tenang. Apabila kita mendapat kesulitan dalam mencari ilmu, maka kita harus
tetap berusaha dengan sabar agar dapat menemukan solusinya. Kemudian, hadis ini
juga menegaskan bahwa kita harus menghormati guru yang mengajari kita. Guru
adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang menebar lentera pengetahuan tanpa kenal
lelah.
Itulah
pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadits terhadap seseorang yang menuntut ilmu.
Apabila kita sudah terlanjur membicarakan hal tersebut, maka kurang lengkap
jika kita tidak membicarakan pula tentang sejarah ilmu pengetahuan Islam dan
ilmuwan terkenal di dalamnya. Berikut adalah pembahasannya ;
Islam
telah menorehkan tinta emas bersejarah, yang mampu mengukir pengetahuan hingga
dikenal dari masa ke masa, zaman ke zaman dan abad ke abad. Hal itu akan
membuat kita berdecak kagum, sehingga dapat memotivasi semangat kita untuk
terus berkarya.
1.
Perkembangan Filsafat
Kata filsafat atau falsafah dalam
bahasa Arab berasal dari kata philosophia yang berarti cinta
kepada
pengetahuan atau cinta kepada kebijaksanaan.
Filsafat
masuk ke dalam Islam melalui Yunani yang dijumpai kaum muslimin abad ke-8 M di
Suriah,
Mesopotamia, Persia dan Mesir. Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke wilayah
itu
melalui
ekspansi Iskandar Agung abad 4 M di sebelah timur Sungai Tigris. Iskandar Agung
berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dan
Persia, yang memunculkan pusatnya seperti
Iskandariah di Mesir.
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah,
pengaruh kebudayaan Yunani belum terlihat karena
lebih memperhatikan kebudayaan Arab.
Setelah Bani Abbasiyah berkuasa, pengaruh kebudayaan
Yunani baru nampak. Hal itu disebabkan
masuknya keluarga Barmak sebagai wazir. Barmak
adalah keluarga Persia yang lama
dipengaruhi kebudayaan Yunani.
Di masa kepemimpinan Harun
Ar-Rasyid, buku ilmu pengetahuan berbahasa Yunani mulai
diterjemahkan dalam bahasa Arab. Kegiatan
ini semakin meningkat masa Khalifah Al-Ma’mun.
Sebagian besar karangan Plato dan
Aristoteles diterjemahkan ke bahasa Arab, sehingga kaum
muslim dapat membacanya. Golongan yang
sangat tertarik pada filsafat Yunani adalah Muktazilah.
Penerjemahan buku itu juga
memunculkan cendekiawan dan filsuf masyhur, seperti Al-Kindi
(801-866 M) dan Al-Farabi (850-950 M).
2. Perkembangan
Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran Islam lahir sebagai
pembaruan ilmu kedokteran Yunani yang dirintis
Hipokrates dan tradisi Galen dengan teori
dan praktek bangsa Persia dan India. Penghubung paling
penting tradisi kedokteran Islam dan
tradisi sebelumnya adalah perguruan di Jundisapur ( Wilayah
Iran ). Para dokter aliran Nestoria
mengajar dan mempraktekkan kedokteran Yunani. Sementara itu,
pengaruh kedokteran India mulai ada di
Jundisapur.
Pengaruh langsung pertama kedokteran
Jundisapur terjadi tahun 865 M. Saat itu, Khalifah Abu
Ja’far Al-Mansur meminta para dokter
Jundisapur mengobatinya dari dyspepsia.
Dokter Jirjis
Bukhtyishuri dapat menyembuhkannya,
sehingga Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur memindahkan
pusat kedokteran Jundisapur ke Baghdad.
Masa pemerintahan Bani Abbasiyah,
rumah sakit menjadi pusat pengajaran ilmu kedokteran.
Sementara, aspek teoritisnya dibahas di
masjid atau madrasah. Banyak buku kedokteran
Yunani, Persia dan India
diterjemahkan dalam bahasa Arab.
Kegiatan
penerjemahan ilmu kedokteran dalam bahasa Arab menjadi awal munculnya tokoh
kedokteran Islam. Banyak ilmuwan muslim
menulis kitab kedokteran. Jika abad ke-8 dan ke-9 orang
Islam masih menjadi murid, maka abad ke-10
hingga ke-11 mereka menjadi guru bagi orang Kristen
dan Yahudi. Pengarang kedokteran pertama
Islam adalah Ali bin Rabban At-Tabari yang menulis
Firdaus
Al-Hikmah pada 850 M.
Setelah At-Tabari, lahir ratusan
dokter dan ilmuwan kedokteran Islam seperti Jabir bin Hayyan
dan Ibnu Sina.
3.
Perkembangan Ilmu Astronomi ( Ilmu Falak )
Ilmu ini mempelajari benda langit,
seperti matahari, bulan dan bintang. Pendeta Kerajaan
Babylonia di tahun 3.000 SM menemukan 12
gugusan bintang. Mereka menganggapnya sebagai
lingkaran. Tiap gugusan bintang akan
berlalu setelah 30 hari. Penemuan mereka melahirkan ilmu
geometri, ukur, hitung dan matematika.
Dengan menghitung jalannya bulan dihasilkan hari dan
menghitung jalannya matahari dihasilkan
tanggal, bulan serta tahun. Dengan demikian, muncul ilmu
penanggalan.
Ilmu astronomi dikembangkan ilmuwan
muslim karena berkaitan erat dengan pelaksanaan
beberapa ketentuan agama Islam, diantaranya
waktu shalat wajib, penentuan arah kiblat dan
penentuan awal bulan.
Seorang ilmuwan astronomi muslim
yang terkenal kala itu adalah Muhammad bin Musa Al-
Khawarizmi ( 780-850 M ). Pada tahun 825 M
( Masa pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun ), ia
mengarang buku berjudul Muktasar fi Hisab Al-Jabi wa Al-Muqabalah di
Baghdad. Buku tersebut
menjadi rujukan Robert Chester dan
diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Liber Algebras
et
Almurcabola.
Pengaruh
Islam (Arab) dalam ilmu astronomi terlihat jelas dalam nama gugusan bintang
yang
berasal dari bahasa Arab.
No.
|
Nama Gugusan Bintang
|
Nama Arab
|
Arti
|
1
|
Mirfaq
|
Mirfaq
|
Siku
|
2
|
Markab
|
Marqab
|
Kendaraan
|
3
|
Kochab
|
Kaukab
|
Bintang
|
4
|
Betelgeuse ( Alpha Orions )
|
Bait Al-Jauza’
|
Rumah Kembar
|
5
|
Diphda
|
Difda’
|
Katak
|
4.
Berdirinya Baitul Hikmah
Berdirinya Baitul Hikmah merupakan
usaha Khalifah Al-Ma’mun yang mengembangkan ilmu
tanpa kenal lelah. Ia menggalakkan usaha
penerjemahan terhadap karya dari bahasa Yunani dan
Suriah ke dalam bahasa Arab di bidang
kedokteran, astronomi, matematika dan filsafat.
Baitul Hikmah memiliki perpustakaan
lengkap. Di dalamnya terdapat ruang baca dan tempat
tinggal para penerjemah.
Dengan adanya Baitul Hikmah, Baghdad
menjadi pusat paling besar dalam dunia
pengetahuan. Masa selanjutnya, lembaga ini
semakin semarak. Hal ini menjadi tanda bangkitnya
kekuatan timur hingga runtuhnya Baghdad
tahun 1258 M.
5. Tokoh
Ilmuwan Muslim
Al-Kindi
dikenal sebagai filsuf muslim pertama. Selain sebagai penerjemah, Al-Kindi juga
menyimpulkan karya-karya filsafat
Heleneisme. Al-Kindi merupakan pemikir muslim pertama
yang menyelaraskan filsafat dan agama.
Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia, ia
melukiskan filsafat sebagai ilmu dari
segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan.
Karya
Al-Kindi berjumlah ± 270 buah yang kebanyakan adalah risalah pendek yang sudah tak
ditemukan lagi. Karya tersebut banyak
diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Eropa.
Al-Farabi lahir di Farab dan
meninggal di Aleppo ( Suriah ). Nama lengkapnya adalah Abu Nasr
Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin
Uslag Al-Farabi. Al-Farabi banyak belajar agama,
bahasa Arab, bahasa Turki dan bahasa
Persia. Setelah dewasa, ia pindah ke Baghdad dan
tinggal selama 20 tahun. Selama di
Baghdad, Al-Farabi belajar filsafat, logika, matematika, etika,
ilmu politik dan musik.
Al-Farabi juga memiliki karya
termasyhur, yakni Al-Jam’u Baina Ra’yi
Al-Hakimaini
(Mempertemukan dua pendapat filsuf, Plato dan Aristoteles) dan ‘Uyun Al-Masail (Pokok-pokok
persoalan).
Dalam
hal filsafat kenegaraan, Al-Farabi membagi negara menjadi lima bentuk sebagai
berikut;
1.
Negara Utama ( Al-Madinah Al-Fadilah )
Negara
ini adalah negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Bentuk negara ini
dipimpin
oleh para nabi dan dilanjutkan para filsuf.
2.
Negara Orang-Orang Bodoh ( Al-Madinah
Al-Jahilah )
Negara
orang-orang bodoh adalah negara yang penduduknya tak mengenal kebahagiaan.
3.
Negara Orang-Orang Fasik ( Al-Madinah
Al-Fasiqah )
Negara
ini adalah negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara
orang-orang bodoh.
4.
Negara Yang Berubah-Ubah ( Al-Madinah
Al-Mutabaddilah )
Penduduk
negara ini awalnya memiliki pikiran yang sama seperti penduduk negara utama, tetapi mengalami
kerusakan.
5.
Negara Sesat ( Al-Madinah Ad-Dallah )
Negara
yang pemimpinnya menganggap dirinya mendapat wahyu, yang kemudian ia
menipu banyak orang dengan ucapan dan perbuatannya.
Ar-Razi adalah seorang dokter dan
filsuf besar pada zamannya. Ar-Razi lahir dan meninggal di
Ray. Setelah mempelajari matematika,
astronomi, logika, sastra dan kimia, ia memusatkan
perhatiannya pada kedokteran dan
filsafat.
Kesungguhannya belajar, meneliti dan
menulis sangat luar biasa. Ia pernah menulis lebih dari
20.000 lembar kertas dalam setahun.
Karyanya mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan
dalam bidang kedokteran.
Karya tulis terbesarnya adalah Al-Hawi, sebuah ensiklopedi kedokteran
yang berjumlah 20 jilid.
Buku itu mengandung ilmu kedokteran
Yunani, Arab dan Suriah yang ditulis dari penelitiannya
sendiri. Buku tersebut diterjemahkan
dalam bahasa Latin pada tahun 1279 M. Sejak saat itu,
buku tersebut dipakai rujukan
universitas-universitas Eropa hingga abad 17 M. Bukunya yang lain
adalah Fi Al-Judari wa Al-Hasbat. Buku itu membahas penyakit campak dan
cacar.
Ibnu Sina memiliki nama asli Abu
Al-Husain bin Abdullah. Ia dilahirkan di Afsyanah, Bukhara
dan meninggal di Hamdan. Ia merupakan
seorang dokter dan filsuf Islam ternama. Di barat, ia
dikenal dengan nama Avicenna.
Profesinya di bidang kedokteran
dimulai di usia 17 tahun ketika ia berhasil menyembuhkan
Nuh bin Mansyur, salah seorang penguasa
dinasti Samaniyah. Di masa Dinasti Hamdani, ia
menjabat dua kali sebagai menteri. Di
bidang filsafat, Ibnu Sina digelari Syaikh
Ar-Ra’is (guru
para raja) dan di bidang kedokteran ia
digelari pangeran para dokter.
Ibnu Sina meninggalkan lebih dari
200 karya tulis. Kebanyakan tulisan itu menggunakan
bahasa Arab, sedangkan sebagian lain
mengggunakan bahasa Persia. Buku-bukunya yang
terkenal antara lain ;
1. Asy-Syifa’
(Penyembuhan)
2. Al-Qanun
fi Tibb (Peraturan dalam Kedokteran)
3. Al-Isyarat
wa At-Tanbihat (Isyarat dan Penjelasan)
4. Mantiq
Al-Masyriqiyyin (Logika Timur)
E. Ibnu Maskawaih ( 941-1030 M )
Ibnu Maskawaih memiliki nama lengkap
Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub bin
Maskawaih. Ibnu Maskawaih terkenal
sebagai ahli sejarah dan filsafat. Selain itu, ia juga seorang
moralis, penyair dan ahli kimia.
Beberapa karya tulisnya yang masih
ada sampai saat ini adalah ;
1. Al-Fauz
Al-Akbar (Kemenangan Besar)
2. Al-Fauz
Al-Asgar (Kemenangan Kecil)
3. Tajarib
Al-Umam (Pengalaman Bangsa-Bangsa)
4. Uns
Al-Farid (Kesenangan Tiada Tara)
5. Tartib
As-Sa’adah (Tentang Akhlak dan Politik)
6. As-Siyas
(Tentang Aturan Hidup)
7. Jawidan
Khirad (Kumpulan Ungkapan Bijak)
8. Tahzib
Al-Akhlaq (Pembinaan Akhlaq)
Pemikiran filosofis Ibnu Maskawaih yang
ditunjukkan pada etika dan moral ditunjukkan dalam tiga
bukunya, yaitu Tartib As-Sa’adah,
Tahzib Al-Akhlaq, dan Jawidan Khirad.
F. Al-Gazali ( 1058-1111 M )
Al-Gazali lahir di Kota Gazalah,
sebuah kota kecil dekat Tus, Khurasan. Nama lengkapnya
adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
at-Tusi al-Gazali. Al-Gazali adalah seorang
pemikir, teolog, filsuf dan sufi
termasyhur sepanjang sejarah Islam.
Pendidikan Al-Gazali dimulai dengan
belajar Al-Qur’an dari ayahnya sendiri. Sepeninggal
ayahnya, ia dan saudaranya dititipkan
pada Ahmad bin Muhammad ar-Razikani, seorang teman
ayahnya dan sufi besar. Dari
ar-Razikani, Al-Gazali belajar ilmu fikih, riwayat hidup dan
kehidupan spiritual para wali. Ia
kemudian melanjutkan pendidikannya ke Jurjan dan berguru
kepada Imam Abu Nasr Al-Isma’ili.
Beberapa tahun kemudian, ia hijrah ke Nisabur dan
memasuki Madrasah Nizamiyah. Di sana,
ia berguru pada Imam Haramain al-Juwaini.
Di Nisabur, ia menulis hampir 100
buku tentang teologi, fikih, tasawuf, filsafat, akhlak dan
autobiografi dalam bahasa Arab dan
Persia. Bukunya yang terkenal antara lain Maqasid
Al-
Falasifah (Tujuan Para Filsuf) dan Tahafut
Al-Falasifah (Kekacauan Para Filsuf).
Jabir bin Hayyan lahir di Tus dan
meninggal di Kufah. Jabir bin Hayyan merupakan seorang
ahli kimia yang termasyhur. Di barat ia
dikenal dengan nama Geber, dan dikenal sebagai “The
Father of Modern Chemistry”. Ia dekat
dengan keluarga Khalifah Bani Abbasiyah di Baghdad
karena hubungan baiknya dengan keluarga
Barmak. Namun, seiring tersingkirnya keluarga
Barmak pada masa Khalifah Harun
ar-Rasyid, ia ikut menyingkir ke Kufah hingga wafat.
Selain ilmu kimia, Jabir bin Hayyan
juga menulis tentang logika, matematika, kedokteran dan
fisika. Karya tulisnya berjumlah 80
buah dan banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Di
antara karya tulisnya adalah At-Tajmi’ dan Az-Zi’biq asy-Syarqiy.
Sumber Referensi dan Gambar;
Loso, dkk, 2011. Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.
Prabandani, Sri dan Siti Masruroh, 2011. Pendidikan Agama Islam 2 untuk Kelas VIII SMP. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam
http://mochamadfahmi.blogspot.com/2013/08/2-kandungan-surah-al-mujadalah58-11.html
http://www.zulfanafdhilla.com/2013/09/biografi-zakariya-ar-razi-sang-kimiawan.html
https://mgmpkimia.wordpress.com/tokoh-kimia/jabir-ibn-hayya/
Google Images
Sumber Referensi dan Gambar;
Loso, dkk, 2011. Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.
Prabandani, Sri dan Siti Masruroh, 2011. Pendidikan Agama Islam 2 untuk Kelas VIII SMP. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam
http://mochamadfahmi.blogspot.com/2013/08/2-kandungan-surah-al-mujadalah58-11.html
http://www.zulfanafdhilla.com/2013/09/biografi-zakariya-ar-razi-sang-kimiawan.html
https://mgmpkimia.wordpress.com/tokoh-kimia/jabir-ibn-hayya/
Google Images