Sunday, 18 January 2015

Seni Budaya Islam di Indonesia

Perwujudan Akulturasi Kebudayaan Islam di Indonesia
Serta Peninggalan Seni Kebudayaan Islam di Indonesia

Budaya di Indonesia telah berpengaruh dalam segala aspek kehidupan bangsa Indonesia. Namun dalam perkembangannya, pola dasar kebudayaan setempat yang tradisional masih tetap kuat, sehingga terdapat suatu wujud dan bentuk perpaduan seni tradisional asli Indonesia dengan kebudayaan Islam. Perubahan itu disebut akulturasi kebudayaan, yang meliputi ;

A. Seni Bangunan pada Masjid
     Dipandang dari sudut arsitekturnya, masjid di Indonesia terutama masjid kuno berbeda dengan
     masjid di negeri lain. Salah satu contoh dari masjid ini adalah Masjid Agung Demak. Kekhasan
     masjid tersebut terdapat pada beberapa aspek sebagai berikut.
     1. Bentuk Atap
         Atap masjid yang terdapat pada masjid ini berupa atap tumpang atau bersusun, semakin ke atas
         maka semakin kecil. Tingkatan paling atas membentuk limas. Jumlah tumpang selalu ganjil,
         biasanya berjumlah tiga namun ada pula yang berjumlah lima seperti pada Masjid Banten.
         Atap tumpang dianggap sebagai bentuk perkembangan dari dua unsur berlainan, yaitu atap candi
         yang denahnya bujur sangkar dan selalu berundak undak, dan puncak stupa yang ada kalanya
         berbentuk susunan payung payung terbuka.

Masjid Raya Demak


     2. Menara
            Meskipun menara bukan harus ada, namun dalam seni bangunan Islam menara adalah
         penambah keindahan pada masjid. Contohnya adalah Menara Masjid Kudus dan Menara Masjid
         Banten yang berbentuk unik. Menara Masjid Kudus berciri khas yakni menampilkan pengaruh
         Hindu dalam bangunannya. Sedangkan Menara Masjid Banten adalah tambahan yang
         diusahakan oleh pelarian Belanda bernama Cardeel. Bentuk menara ini seperti mercusuar yang
         terdapat di Eropa.
Menara Masjid Banten dan Menara Masjid Kudus

B. Bentuk Bangunan Makam
         Makam sebagai tempat kediaman yang terakhir dan abadi, diusahakan pula menjadi perumahan
      yang sesuai dengan orang yang akan dikubur di situ. Kuburan atau makam biasanya diperkuat
      dengan bangunan dari batu yang disebut jirat atau kijing. Di atas jirat ini sering pula didirikan
      sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah. Sebenarnya hal ini bertentangan dengan Islam
      karena Islam melarang untuk menembok kubur apalagi membuat rumah di atasnya.
          Cungkup atau kubah didirikan untuk mengenang orang penting. Untuk pemakaman para raja
      atau keluarga beserta pembesar terdekat, makamnya merupakan suatu komplek yang terdiri atas
      gugusan cungkup dan jirat. Gugusan ini dibagi lagi dalam berbagai halaman menurut kelompok
      kekeluargaan. Masing masing gugus dipisahkan oleh tembok, tetapi dihubungkan oleh gapura.
      Pada umumnya, letak makam berada pada sebuah bukit.
          Makam tertua di Indonesia adalah makam Fatimah binti Maimun yang lebih dikenal dengan
      nama Putri Suwari di Leran, Gresik (1802 M). Sedangkan makam kuno lainnya diantaranya        
      Komplek Pemakaman Sendang Duwur di Tuban, Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik
      dan Makam Sultan Malikul Saleh di Samudera Pasai.

Komplek Pemakaman Sendang Duwur di Pantai Utara Jawa Timur
Motif pada Gapura dan Nisan Menunjukkan Bahwa Bangunan Tersebut
Berasal dari Masa Islam Awal di Indonesia, Sekitar Abad ke-14 M
                                                           
C. Kaligrafi
          Penulisan huruf Arab di Indonesia, biasanya dipadukan dengan seni Jawa yang dimiliki bangsa
     Indonesia. Huruf Arab yang ditulis dengan indah itu disebut dengan seni kaligrafi (seni Kath dan
     Kholt). Seni kaligrafi ini turut serta mewarnai perkembangan seni rupa Islam di Indonesia. Kalimat
     yang ditulis bersumber dari ayat Al-Qur’anul Karim maupun Hadis Rasulullah SAW.
          Perkembangan seni kaligrafi di Indonesia pada awalnya dinilai masih kurang pesat. Hal itu
     dikarenakan beberapa sebab sebagai berikut ;
     1. Penggunaan kaligrafi Arab di Indonesia masih sangat terbatas
     2. Bangunan kuno pada permulaan berdirinya kerajaan Islam kurang memberikan peluang bagi
         penerapan seni kaligrafi
     3. Bangunan masjid kuno seperti Masjid Banten, Masjid Demak dan Masjid Kudus kurang
         memperhatikan penggunaan seni kaligrafi

Kaligrafi Kutipan Surah Yasin dan Ayat Kursi pada
Nisan Ratu Nahrasiyah di Samudera Pasai

D. Seni Sastra
            Perkembangan awal seni sastra Indonesia pada zaman Melayu berkisar di sekitar Selat Malaka
     (daerah Melayu) dan di Jawa. Di daerah Melayu sebagai pertumbuhan baru dan di Jawa sebagai
     perkembangan lebih lanjut dari sastra zaman Hindu.
            Dibandingkan seni sastra zaman Hindu, hasil-hasil seni sastra zaman Islam tidak terlalu banyak
     yang sampai kepada kita. Hal ini disebabkan seni sastra daerah belum mampu sebagai tempat
     menyimpan, mengabadikan, melangsungkan dam meneruskan hasil-hasil karangan sastra zaman
     Islam kepada kita, seperti halnya Pulau Bali meneruskan hasil karya sastra zaman Hindu. Lagi pula
     kebanyakan dari hasil-hasil karya sastra sampai kepada kita sudah diubah bentuk dan susunannya
     sehingga menjadi gubahan baru.
            Seni sastra zaman Islam yang berkembang di Indonesia sebagian besar mendapat pengaruh
     Persia, seperti cerita-cerita tentang Amir Hamzah, Bayan Budiman, 1001 Malam (Alif Laila wa Laila)
     dan sebagainya.
            Seni sastra zaman Hindu pun tidak kurang peranannya dalam perkembangan seni sastra Islam
     di Jawa. Seni sastra yang muncul pada zaman Hindu disesuaikan perkembangannya dengan
     keadaan pada zaman Islam. Di antara seni sastra tersebut antara lain Mahabarata, Ramayana, dan
     Pancatantra diubah menjadi Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat
     Maharaja Rahwanan, Hikayat Pancatantra. Hikayat sendiri adalah cerita atau dongeng yang
     ceritanya penuh dengan keajaiban dan keanehan.
            Kemudian, dalam seni sastra zaman Islam juga terdapat babad. Babad adalah dongeng yang
     sengaja diubah sebagai cerita sejarah. Dalam babad, tokoh, tempat dan peristiwa hampir semua
     ada dalam sejarah, tetapi penggambarannya dilakukan secara berlebihan. Contohnya Babad Tanah
     Jawi, Babad Cirebon, Babad Giyanti, dan Babad Pakepung. Babad dikenal dengan nama sejarah
     sarasilah (silsilah), yang juga diberi judul hikayat. Contohnya Hikayat Raja-Raja Pasai.

Naskah Hikayat Raja-Raja Pasai yang disusun sekitar
abad ke-15 M

            Di samping seni sastra di atas juga terdapat suluk. Suluk adalah kitab-kitab yang menguraikan
     soal tasawuf. beberapa contoh dari kitab suluk adalah Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, Suluk Malang
     Sumirang, Syair Perahu, Syair Dagang dan Syair Si Burung Pingai.

Syair Karya Hamzah Fansuri, Naskah tersebut
kini berada di Bodleian Library, Oxford

Sumber Referensi dan Gambar ;
Badrika, I Wayan, 2003. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum SMU Kelas 1 Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999. Jakarta: Erlangga.
Loso, dkk, 2011. Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wikipedia
Google Images

No comments:

Post a Comment